We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tidak Ada yang Tidak Mungkin, Jangan Pergi Full Episode

Chapter Bab 135
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 135 Lumpuh
“Sepertinya kamu benar-benar khawatir dengan istriku,” Finno perlahan berbicara setelah jeda yang cukup panjang. Suaranya
tenang, tetapi perasaannya saat itu sangat tidak menyenangkan.
Ketika Fabian mendengar sifat posesif yang dimiliki Finno terhadap Vivin yang terkesan dari suaranya, gelombang kemarahan
membuncah di dalam dirinya.
Karena hubungan Finno dan Marthin tidak baik, Fabian tidak terlalu menghormati pamannya. Dia bersikap tidak sopan sambil
mengejek, “Yah. Bagaimanapun, Vivin adalah cinta pertamaku.”
Fabian mengatakan itu untuk melihat reaksinya Finno, tetapi Finno mempertahankan senyum. dinginnya sambil berkata dengan
perlahan, “Terima kasih atas perhatianmu.”
Tiba-tiba, kata-kata berhenti di bibir Fabian. Dia akhirnya kehilangan kesabaran ketika melihat kesombongan yang ada pada
ekspresi Finno. Dia segera duduk di tempat tidurnya dan berteriak, “Finno, sudahi omong kosongmu dan katakan padaku
mengapa kamu datang menemuiku.”
Finno hanya memamerkan senyum dingin untuk menanggapinya saat ia melihat betapa frustrasinya Fabian. “Tentu saja aku di
sini untuk berterima kasih karena kau telah menyelamatkan istriku.”
Faktanya, Finno bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Meskipun sebenarnya dia tidak senang dengan kenyataan bahwa Fabian adalah orang yang menyelamatkan Vivin dari
kebakaran, tetapi jika bukan karena Fabian, Vivin mungkin akan menderita dengan mendapatkan lebih banyak cedera.
Terlepas dari ketulusannya, kata-katanya menusuk telinga Fabian seperti jarum.
Dalam kemarahannya, Fabian tertawa, dia menatap seraya mengejek Finno yang duudk di kursi roda dan mencemooh, “Itu
benar. Akulah yang sudah menyelamatkan Vivin dari kebakaran itu, tidak seperti seseorang pastinya yang hanya akan
membebaninya bahkan jika mereka ada di sana,
kan?”
Kabut gelap membayangi ekspresi Finno seketika dan bahkan Noah marah dengan pernyataan itu. Noah melangkah maju dan
mendesis, “Fabian Normando, apa maksud dari perkataan anda?”

“Aku pikir ucapanku sudah sangat jelas.” Senyum Fabian memudar saat dia melihat kaki Finno. “Bagaimana bisa orang cacat
sepertimu bisa memberikan kebahagiaan untuk Vivin yang seharusnya bisa dia dapatkan? Jika suatu hari nanti Vivin dan kamu
menghadapi bahaya semacam itu, apakah kamu bisa menyelamatkannya? Tidak! Karena kamu adalah orang yang lumpuh!
Kamu bahkan tidak bisa-”
Sebelum Fabian bisa menyelesaikannya, Finno meraih lutut Fabian yang tertutup selimut.
Terkejut, Fabian berteriak, “Apa yang kamu lakukan?”
Dia kemudian mencoba melepaskan tangan Finno, tetapi tidak peduli seberapa keras dia
1/2

mencoba, dia tidak bisa membebaskan dirinya dari cengkeraman Finno yang sangat kuat.
“Aku hanya mengajarimu sopan santun sebagai tetua di keluarga. Ekspresi Finno sama ambigunya seperti sebelumnya.
“Kamu bajingan lumpuh!” Fabian adalah orang yang sombong, jadi wajar jika dia tidak tahan dengan ancaman yang memalukan
dari Finno. Dia semakin berjuang saat dia meraung, “Lepaskan aku!”
Namun, ekspresi Finno semakin gelap dan dia mengerahkan lebih banyak kekuatan dengan telapak tangannya.
Tiba-tiba, Fabian merasakan sakit perih yang memancar dari lututnya dan dia jatuh ke belakang dengan lemah di tempat tidur.
“Berhentilah menggunakan kata lumpuh’ pada setiap kesempatan yang kamu dapatkan.” Suara Finno sedikit mengancam di
dalamnya dibandingkan dengan nada tenang yang sebelumnya. “Aku bisa memastikan bahwa kamu bisa menghabiskan sisa
hidupmu di kursi roda sepertiku.”
Secara naluriah, Fabian ingin menegurnya, tetapi dia benar-benar takut sekarang karena rasa sakit di lututnya, jadi dia menahan
lidahnya.
Dia tahu bahwa meskipun Finno duduk di kursi roda, dia memiliki kemampuan untuk melumpuhkannya karena Finno telah
belajar segala macam teknik pertahanan diri sejak masih
kecil.

Finno menyeringai dingin ketika dia melihat bahwa Fabian akhirnya tetap diam. Dia melepaskan lututnya dan pergi tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.
“Finno!” Namun, sebelum dia meninggalkan ruangan, Fabian meneriakkan namanya dari belakang.
Meski begitu, dia tidak berhenti bergerak.
“Sebenarnya aku bisa saja menyelamatkan Vivin dari kebakaran tanpa dia menderita luka. Tapi, dia berjuang mati-matian untuk
mengambil sesuatu dan itu menyebabkan kita terjebak dalam api!”
Mendengar ini, Finno akhirnya menghentikan langkahnya..